Posts filed under ‘serius’

Pesan Dari Polisi (di Amerika sepertinya)

Sangat Penting

Dikarenakan maraknya penculikan akhir2 ini,

Di siang hari, tambah pengetahuan anda akan hal di bawah ini dengan melakukan tindakan penyelamatan dalam situasi darurat…

Ini untuk anda, dan untuk anda bagikan kepada istri anda,  anak anda,

Siapapun yang anda kenal.

Setalah membaca 9 tips penting ini,

Teruskan kepada orang2 yang anda sayangi.

Tidak akan pernah menyakiti anda dengan peduli kepada sesama di dunia yang penuh kegilaan yang kita tinggali ini

1.  Tip dari Tae Kwon Do :

Sikut anda adalah bagian terkuat di tubuh anda.

Jika memungkinkan anda untuk bisa menyikut pelaku kejahatan itu, lakukan!

2..  dipelajari dari seorang pemandu turis.

Jika seorang perampok meminta dompet atau tasmu,

JANGAN BERIKAN LANGSUNG KEPADANYA

Lempar jauh2 dompet/tas anda…

Kesempatannya adalah saat dia lebih tertarik pada dompet atau tas anda daripada dengan anda,

Dan dia akan pergi mengambil dompet/tas.

LARI SEKENCANG2NYA KEARAH YANG BERLAWANAN!

3. jika anda disekap di dalam bagasi mobil,

tendang lampu belakang mobil dari dalam bagasi dan keluarkan tangan anda ke lubang tersebut,

dan mulailah melambai2 sekuat tenaga..

Pengemudi tidak akan melihatnya, tapi semua orang akan melihat. Tindakan ini pernah menyelamatkan beberapa nyawa.

4. Wanita punya kebiasaan saat masuk ke dalam mobil mereka

sehabis berbelanja, makan, bekerja, dll., dan hanya masuk begitu saja (mencatat pengeluaran, atau membuat daftar, dll.

JANGAN LAKUKAN INI!)

Sang predator sedang mengamati anda, dan ini adalah kesempatan emas untuknya untuk masuk kedalam mobil anda melalui kursi penumpang, menodongkan pistol ke kepala anda, dan mulai memerintahkan anda untuk menyetir ke suatu tempat.

BEGITU MASUK KEDALAM MOBIL,

LANGSUNG KUNCI MOBIL DAN TINGGALKAN TEMPAT..
Jika seseorang ada dalam mobil anda dengan menodongkan senjata di kepala anda

JANGAN MENGEMUDI

Diulangi:

JANGAN MENGEMUDI!

Tapi jalankan mobil  dengan kecepatan penuh ke sembarang arah, dan tabrakan mobil,

Kantong udara anda akan menyelamatkan anda.

Jika orang tersebut ada di kursi belakang mereka akan lebih terluka.

Begitu mobil tertabrakmerangkaklah keluar dan lari.

Ini lebih baik daripada membiarkan orang lain menemukan mayat anda di lokasi terpencil.
5. beberapa catatan bagaimana masuk ke dalam mobil anda di area parkir, atau garasi parkir:

A.) waspadalah :

amati sekeliling anda, lihat kedalam mobil anda,

di lantai kursi penumpang, dan di kursi belakang

B.)  jika anda parkir di sebelah mobil van besar,  masuk kedalam mobil anda melalui kursi penumpang.

Kebanyakan seri pembunuhan menyerang korbannya

Dengan menarik korbannya ke dalam van ketika wanita tersebut sedang memasuki mobil.

C.) Perhatikan mobil yang diparkir di sebelah kursi pengemudi anda, dan di sebelah kursi penumpang…

jika seorang pria sedang duduk sendiri di dalam mobilnya, anda sebaiknya kembali ke dalam mall, atau kantor, dan minta seseorang/satpam untuk menemani anda keluar.

SELALU LEBIH BAIK BERHATI2 DARIPADA MENYESAL NANTINYA (dan lebih baik paranoid daripada mati.)
6. SELALU turun dengan elevator daripada tangga darurat.

Ruang tangga adalah tempat yang mengerikan jika sendirian dan menjadi tempat yang sempurna untuk berbuat kejahatan.

Khususnya di  MALAM HARI!)

7. Jika pelaku kejahatan memiliki pistol dan anda sedang tidak dibawah kendali dia,

LARI!

Tembakan pelaku kejahatan itu hanya akan mengenai anda (target yang sedang lari) 4 kali dalam 100 kali percobaan menembak; dan menembak lurus,

seperti TIDAK AKAN menjadi mengenai organ vital.

LARI, sebaiknya dengan pola zig-zag!

8. Sebagai seorang wanita, kita selalu berusaha bersimpati terhadap orang lain :

STOP

Ini mungkin akan membuat anda diperkosa, atau dibunuh.

Ted Bundy, pembunuh berantai, berpenampilan baik, pria berpendidikan, yang SELALU mengambil kesempatan atas simpati wanita yang tidak menaruh curiga.

Dia berjalan dengan tongkat, atau berjalan pincang, dan sering kali meminta tolong untuk memapahnya ke mobil,ketika itulah ia menculik korbannya
9. Point Keamanan yang Lain:

Seseorang baru saja memberitahu saya bahwa temannya mendengar bayi yang menangis di terasnya malam hari, dan dia menelpon polisi karena saat itu sudah larut malam

Dan dia merasa ada yang aneh… polisi memberitahu dia

‘apapun yang terjadi, JANGAN buka pintunya..’

Wanita tersebut kemudian mengatakan bahwa sepertinya bayi itu merangkak dekat jendela, dan wanita tsb khawatir kalo bayi itu akan merangkak ke jalan dan menyeberang.

Polisi bilang, ‘Sudah ada polisi yang sedang menuju kesana, apapun yang terjadi, JANGAN buka pintu”

Polisi tsb memberitahu wanita itu bahwa sebuah rekaman pembunuhan merekam suara bayi menangis dan menggunakannya sebagai tipuan

Wanita di dalam rumah akan berpikir bahwa ada seseorang yang menelantarkan bayinya di luar mereka. Polisi belum memastikan, tapi polisi sering mendapat telepon dari beberapa wanita yang mengatakan bahwa mereka mendengar tangisan bayi di luar rumah mereka ketika mereka sedang sendiri di rumah pada malam hari.
10. Air yang bocor!

Jika anda bangun di tengah malam dan mendengar semua keran di luar rumah anda terbuka atau anda berpikir ada pipa yang bocor, JANGAN KELUAR UNTUK MEMERIKSANYA! Ada orang yang sengaja membuka semua keran di luar rumah anda sehingga anda akan keluar untuk memeriksa dan kemudian orang itu mulai menyerang anda.

Tetaplah waspada, jaga diri anda, dan hubungi tetangga anda!

Tolong teruskan pesan ini

e-mail ini sebaiknya ditanggapi secara serius karena

Modus tangisan bayi di sebutkan di “Penjahat Paling Dicari” di America ketika mereka merinci profil pembunuhan berantai di

Louisiana

saya menyarankan anda untuk meneruskan pesan ini kepada semua wanita yang anda kenal.

Ini mungkin bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Sebuah lilin tidak akan redup jika lilin tersebut digunakan untuk menyalakan lilin yang lain..

Saya hanya akan mengirimkan ini kepada wanita saja,

Tapi para pria, jika anda sayang ibu anda, istri anda, saudari anda, anak perempuan anda, dst.,

Anda sebaiknya meneruskan ini kepada mereka juga.

kirim pesan ini kepada semua wanita yang anda kenal yang mungkin butuh untuk diingatkan kembali bahwa dunia yang kita tinggali ini memiliki banyak kegilaan dan lebih baik berhati2 daripada menyesal nantinya..

setiap orang hanya memerlukan waktu 5 menit untuk membaca ini. Ini mungkin dapat menyelamatkan anda atau seseorang yang anda cintai.

Januari 23, 2010 at 9:43 am Tinggalkan komentar

Ibukota NKRI PINDAH

SBY tengah memikirkan lokasi baru pusat pemerintahan. Kalau seperti Malaysia itu tanggung dan tidak sepenuh hati. Cuma 40 km. Sehingga sebagian tidak pindah rumah dan akhirnya jadi jauh dan macet.

Harusnya seperti Brazil yang memindahkan ibukotanya begitu jauh dari Rio de Janeiro ke Brasilia, atau Amerika Serikat dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo, Australia dari Sidney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin.

Karena jauh akhirnya pada pindah rumah. Kalau dekat, misalnya di Jonggol atau Sentul, niscaya orang Tangerang, Bogor, Jakarta, Bekasi, Depok tetap tinggal di rumahnya dan berkantor di ibukota baru. Jalan jauh dan kemacetan pun terus berlangsung.

Pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta

Pertama-tama kita harus sadar bahwa pemindahan ibukota dari satu kota ke kota lain adalah hal yang biasa dan pernah dilakukan. Sebagai contoh, Amerika Serikat pernah memindahkan ibukota mereka dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo, Australia dari Sidney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin, sementara Brazil memindahkan ibukotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Indonesia sendiri pernah memindahkan ibukotanya dari Jakarta ke Yogyakarta.

Over Populasi (Jumlah penduduk melebihi daya tampung) merupakan penyebab utama kenapa banyak negara memindahkan ibukotanya. Sebagai contoh saat ini Jepang dan Korea Selatan tengah merencanakan pemindahan ibukota negara mereka. Jepang ingin memindahkan ibukotanya karena wilayah Tokyo Megapolitan jumlah penduduknya sudah terlampau besar yaitu: 33 juta jiwa. Korsel pun begitu karena wilayah kota Seoul dan sekitarnya jumlah penduduknya sudah mencapai 22 juta. Bekas ibukota AS, New York dan sekitarnya total penduduknya mencapai 22 juta jiwa. Jakarta sendiri menurut mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin, dirancang Belanda untuk menampung 800.000 penduduk. Namun ternyata di saat Ali menjabat Gubernur jumlahnya membengkak jadi 3,5 juta dan sekarang membengkak lagi hingga daerah Metropolitan Jakarta yang meliputi Jabodetabek mencapai total 23 juta jiwa.

Pembangunan di Jakarta

Jadi pemindahan ibukota bukanlah hal yang tabu dan sulit. Soeharto sendiri sebelum lengser sempat merencanakan pemindahan ibukota Jakarta ke Jonggol.

Kenapa kita harus memindahkan ibukota dari Jakarta? Apa tidak repot? Apa biayanya tidak terlalu besar? Jawaban dari pertanyaan ini harus benar-benar tepat dan beralasan. Jika tidak, hanya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

Pertama kita harus sadar bahwa ibukota Jakarta di mana lebih dari 80% uang yang ada di Indonesia beredar di sini merupakan magnet yang menarik penduduk seluruh dari Indonesia untuk mencari uang di Jakarta. Arus urbanisasi dari daerah ke Jakarta begitu tinggi. Akibatnya jika penduduk Jakarta pada zaman Ali Sadikin tahun 1975-an hanya sekitar 3,5 juta jiwa, saat ini jumlahnya sekitar 10 juta jiwa. Pada hari kerja dengan pekerja dari wilayah Jabotabek, penduduk Jakarta menjadi 12 juta jiwa.

Jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi diperkirakan sekitar 23 juta jiwa. Padahal tahun 1986 jumlahnya hanya sekitar 14,6 juta jiwa (MS Encarta). Jika Jakarta terus dibiarkan jadi ibukota, maka jumlah ini akan terus membengkak dan membengkak. Akibatnya kemacetan semakin merajalela. Jumlah kendaraan bertambah. Asap kendaraan dan polusi meningkat sehingga udara Jakarta sudah tidak layak hirup lagi. Pohon-pohon, lapangan rumput, dan tanah serapan akan semakin berkurang diganti oleh aspal dan lantai beton perumahan, gedung perkantoran dan pabrik. Sebagai contoh berbagai hutan kota atau tanah lapang di kawasan Senayan, Kelapa Gading, Pulomas, dan sebagainya saat ini sudah menghilang diganti dengan Mall, gedung perkantoran dan perumahan.

Hal-hal di atas akan mengakibatkan:

1. Jakarta akan jadi kota yang sangat macet
2. Dengan banyaknya orang bekerja di Jakarta padahal rumah mereka ada di pinggiran Jabotabek, akan mengakibatkan pemborosan BBM. Paling tidak ada sekitar 6,5 milyar liter BBM dengan nilai sekitar Rp 30 trilyun yang dihabiskan oleh 2 juta pelaju ke Jakarta setiap tahun.
3. Dengan kemacetan dan jauhnya jarak perjalanan, orang menghabiskan waktu 3 hingga 5 jam per hari hanya untuk perjalanan kerja.
4. Stress meningkat akibat kemacetan di jalan.
5. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) juga meningkat karena orang berada lama di jalan dan menghisap asap knalpot kendaraan
6. Banjir dan kekeringan akan semakin meningkat karena daerah resapan air terus berkurang.
7. Jumlah penduduk Indonesia akan terpusat di wilayah Jabodetabek. Saat ini saja sekitar 30 juta dari 200 juta penduduk Indonesia menempati area 1500 km2 di Jabodetabek. Atau 15% penduduk menempati kurang dari 1% wilayah Indonesia.
8. Pembangunan akan semakin tidak merata karena kegiatan pemerintahan, bisnis, seni, budaya, industri semua terpusat di Jakarta dan sekitarnya.
9. Tingkat Kejahatan/Kriminali tas akan meningkat karena luas wilayah tidak mampu menampung penduduk yang terlampau padat.
10. Timbul bahaya kelaparan karena over populasi dan sawah berubah jadi rumah, kantor, dan pabrik. Saat ini pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia 7 x lipat lebih padat daripada RRC. Kepadatan penduduk di Jawa 1.007 orang/km2 sementara di RRC hanya 138 orang/km2. Tak heran di pulau Jawa banyak orang yang kelaparan dan makan nasi aking.

Untuk itu diperlukan penyebaran pusat kegiatan di berbagai kota di Indonesia. Sebagai contoh, di AS pusat pemerintahan ada di Washington DC yang jumlah penduduknya hanya 563 ribu jiwa. Sementara pusat bisnis ada di New York dengan populasi 8,1 juta. Pusat kebudayaan ada di Los Angeles dengan populasi 3,9 juta. Pusat Industri otomotif ada di Detroit dengan jumlah penduduk 911.000 jiwa.

Di AS kegiatan tersebar di beberapa kota. Tidak tertumpuk di satu kota. Sehingga pembangunan bisa lebih merata.

Indonesia juga harus begitu. Semua kegiatan jangan terpusat di Jakarta. Jika tidak, maka jumlah penduduk kota Jakarta akan terus membengkak. Dalam 10-20 tahun, Jakarta akan jadi kota yang mati/semrawut karena jumlah penduduk yang terlampau banyak (saat ini saja kemacetan sudah luar biasa).

Biarlah Jakarta cukup menjadi pusat bisnis. Untuk pusat pemerintahan, sebaiknya dipindahkan ke Kalimantan Tengah.

Kenapa Kalimantan Tengah? Kenapa tidak di Jawa, Sulawesi, atau Sumatra?

Pertama Jawa adalah pulau kecil yang sudah terlampau padat penduduknya. Luas pulau Jawa hanya 134.000 km2 sementara jumlah penduduknya sekitar 135 juta jiwa. Kepadatannya sudah mencapai lebih dari 1.000 jiwa per km2. Apalagi pulau Jawa yang subur dengan persawahan yang sudah mapan seharusnya dipertahankan tetap jadi lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia. Kalau dipaksakan di Jawa, maka luas sawah akan berkurang sebanyak 50.000 hektar! Produksi beras/pangan lain akan berkurang sekitar 200 ribu ton per tahun! Indonesia akan semakin kekurangan pangan karenanya. Selama ibukota tetap di Jawa, pulau Jawa akan semakin padat dan pembangunan tidak tersebar ke seluruh Indonesia. Jawa sudah kebanyakan penduduk/over- crowded!

Ada pun pulau Sumatera letaknya relatif agak di Barat. Dengan jumlah penduduk lebih dari 42 juta, pembangunan di Sumatera sudah cukup lumayan.

Sulawesi dengan luas 189.000 km2 dan jumlah penduduk sekitar 15 juta jiwa masih terlalu kecil wilayahnya. Sumatera dan Sulawesi adalah pulau yang subur dan cocok untuk pertanian. Jadi sayang jika pertumbuhan jumlah penduduk dipusatkan di situ. Belum lagi kedua wilayah ini rawan dengan gempa bumi dan tsunami.

Ada pun Kalimantan luasnya 540.000 km2 dengan jumlah penduduk hanya 12 juta jiwa. Pulau Kalimantan jauh lebih luas dibanding pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dan jumlah penduduknya justru paling sedikit.

Peta Gempa

Di pulau Kalimantan juga tidak ada gunung berapi dan merupakan pulau yang teraman dari gempa. Sementara di pesisir Kalimantan Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa juga ombak relatif tenang dan aman dari Tsunami. Ini cocok untuk jadi tempat ibukota Indonesia yang baru.

Sebaliknya Jakarta begitu dekat dengan gunung Krakatau yang ledakkannya 30 ribu x bom atom Hiroshima dengan tsunami setinggi 40 meter. Efek ledakan Krakatau terasa sampai Afrika dan Australia. Sekarang gunung Krakatau yang dulu rata dengan laut telah “tumbuh” setinggi 800 meter lebih dengan kecepatan “tumbuh” sekitar 7 meter/tahun. Sebagian ahli geologi memperkirakan letusan kembali terulang antara 2015-2083. Jadi Jakarta tinggal “menunggu waktu” saja…

Desember 8, 2009 at 2:42 am Tinggalkan komentar

Bahaya Handphone di Pesawat

Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda , GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.

Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya. Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata adasalah satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin. Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.

Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa diatas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah-mudahan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat. (KOMPAS)

Rakyat kita ini memang High class.. Handphone nya Mahal, Transportasi pake pesawat. Tapi bodohnya gk ketulungan. Ada yang gk tau kenapa larangan itu dibuat, ada yang tau tapi tetap gk peduli. Orang indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras.

Buat yang belum tahu, kenapa Gk boleh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:

Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru “take-off” dari Lanud Polonia-Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.

Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety  Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel.

Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.

Contoh kasusnya antara lain:

Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja “take-off” dari bandara Zurich ,Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap system kemudi pesawat.

Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap system navigasi.

Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang “final approach” untuk “landing” di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic gamemasing-masing (The Australian, 23-9-1998).

Seperti kita tahu di Indonesia ? Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.

Para “pelanggar hukum” itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.

Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel,disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.

Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat:
– Arah terbang melenceng,
– Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu,
– Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar,
– Gangguan sistem navigasi,
– Gangguan frekuensi komunikasi,
– Gangguan indikator bahan bakar,
– Gangguan sistem kemudi otomatis

Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game. Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy.

Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.

Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.

Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.

Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapatmenjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta ).

Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?

Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang.

Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar.
Mohon maaf bila kurang berkenan.

Capt.R.M Bambang Irawan
Grand Diamond Appt 888/253-302 Petchbury Road
Pratunam Rajthevee Bangkok 10400 Thailand
Phone :                +66 (2)…         Mobile :                +66 ………………

November 21, 2008 at 1:11 pm 1 komentar

Angkot Setan

Katanya sih benar2 terjadi di daerah Rawamangun Dan Kampung Melayu

………..

HATI-HATI MUNGKIN SELANJUTNYA GILIRAN ANDA

ANGKOT SETAN

Kurang lebih pukul 10 malam, Seorang wanita tengah baya (nenek-nenek untuk Lebih tepatnya), berumur sekitar 61 tahun sedang menuju pulang setelah berbelanja buah-2an di toko buah di daerah rawamangun, yang tidak jauh dari rumahnya..

Sudah kurang lebih 20 menit sang nenek menunggu angkot (mikrolet) yang biasa dinaikinya pulang…tapi angkot yang ditunggu tak kunjung tiba. Memang Biasanya angkot tersebut sudah berhenti beroperasi pada pukul 21.30 paling malam, namun entah mengapa, sang nenek merasa bahwa masih ada angkot yang akan membawanya pulang…

Setelah 35 menit menunggu..akhirnya benar, angkot yang ditunggu sang nenek muncul. Hal yang tidak biasa terjadi… Lalu naiklah sang nenek ke dalam angkot yang berisi 3 orang.. 1 orang supir dan 2 orang penumpang lain yang kedua-2nya adalah seorang wanita cantik, berambut panjang, dengan pakaian pesta berwarna putih (broken white tepatnya)..

Sang nenek sempat berpikir…” aneh sekali….dua orang wanita cantik berpakaian pesta warna putih, pada malam Hari begini naik angkot.” Tapi sang nenek tidak mau meneruskan apa yang Ada di pikirannya, walaupun bulu kuduknya sudah mulai berdiri. Terjadilah suasana yang dingin, hening tanpa suara  pada angkot tersebut. Sang supir-pun hanya menyupir tanpa menengok atau mengeluarkan suara sedikitpun.. .cara menyupirnya pun cenderung kasar, dan ngebut-ngebutan. ..

Tak sabar sang nenek untuk tiba di daerah rumahnya…sampai akhirnya, sang nenek tiba di jembatan biasa tempat ia turun. Setelah menyiapkan selembar uang Rp. 10 ribu-an (karena memang tinggal satu lembar uang 10 ribuan yang dia punya) untuk membayar angkot, sang nenek lalu memberhentikan angkot tersebut

“Bang…kiri, bang..”

Sang supir langsung memberhentikan angkotnya dengan REM mendadak tanpa bersuara..Lalu sang nenek turun, dan menyerahkan lembaran uang Rp. 10 ribu terakhirnya melalui jendela pintu depan angkot…sambil menunggu kembalian ongkosnya..

Tapi ternyata…. ……

Sang supir langsung menginjak gas dan meninggalkan nenek tersebut tanpa mengembalikan uang sang nenek…

Nenek itu berteriak… “DASAR ANGKOT SETAAAAAAAAAAAAAAAN NNNNNNNNNNNNNNNN NNNNNNNNNNNNNNNN NN….!!! !!!!!!!!! !!”

November 17, 2008 at 11:54 pm Tinggalkan komentar

Krisis Subprime di Amerika Serikat ~Kalau Langit Masih Kurang Tinggi~

Oleh: Dahlan Iskan

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ”menceritakan” secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:

Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya.

Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.

Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.

Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.

Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.

Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.

Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?

Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?

Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.

Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.

Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.

Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.

Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!

Sudah lebih dari 60 tahun cara ”membesarkan’ ‘ perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.

Tapi, itu belum cukup.

Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!

Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.

Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.

Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?

Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?

Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut ”Deregulasi Kontrol Moneter”. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.

Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.

Begini ceritanya:

Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama).

Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.

Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.

Dengan keluarnya ”jalan baru” pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.

Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ”jalan baru” yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.

Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.

Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.

Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.

Kata ”mortgage” berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.

Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.

Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?

Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ”para pelaku bisnis keuangan” sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.

Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.

Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.

Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.

Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.

Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ”bank jenis lain” yang disebut investment banking.

Apakah investment banking itu bank?

Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ”hanya mirip” bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ”deposito” dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi  adalah jenis investment banking itu.

Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah ”personal banking”.

Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.

Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.

Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.

Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.

Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.

Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.

Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar.

Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.

Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?

Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.

Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang ”menabung” – kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.

Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.

Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana . Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)

Oktober 14, 2008 at 11:33 am Tinggalkan komentar

Mengapa Pindah Kerja

Alkisah ada seorang engineer bernama Prayitno,ST yg bekerja di pabrik manufaktur elektronik Jepang, ni orang baru aja lolos tes perusahaan BUMN yg mengelola gas alam (jelas gede duitnya) dan mau resign, berikut ini perdebatannya dengan manajernya kita singkat aja ya, manajer = M, dan prayitno = P

M = edan kowe yo prayitno, lagi S-2 dah mau resign, dimana morality kamu?

P = morality saya ikut berlari bersama morality perusahaan, yg nyuruh karyawannya lembur2 melebihi aturan pemerintah ampe sakit tapi tunjangan kesehatan gak full

M = sebenernya mau kmu apa? dimana-mana kerja itu sama. Saya udah menjalani 2 company sebelum ini

P = karena kerja dimana2 itu sama, makanya saya gak ragu resign pak, wong sama aja kok, cuma rewardnya yg beda tho…. ya saya pilih yg rewardnya lebih

M = kenapa kmu gak mencoba profesional disini aja, klo alasannya reward, kan nanti karir serta salary kamu juga bakal naik kalo kamu bertahan

P = kenapa saya harus nunggu, klo ada company yg nawarin itu skarang?

M = tapi sayang sekali, saya pandang kmu yg paling berpotensi diantara yg lain

P = bapak udah ngomong gitu ke semua engineer yg resign sebelum saya

M = tidak, ini serius, kmu memiliki potensi besar, disini kmu bisa sukses! daripada kmu memulai lagi dari bawah di company lain yg blum ketauan ntar disana kmu bakal sukses ato gak

P = disini juga sama aja saya blum tau bakal sukses apa gak, wong namanya masa depan kok. Sama2
gak ketauan, tapi yg satu awalannya lebih baik, ya pilih yg lebih baik dunk……

M = maksud kmu lebih baik itu apa? money? uang itu bukan segala2nya

P = klo emang begitu ngapain company costdown gaji saya, apa artinya uang segitu untuk mempertahankan eksistensi engineer

M = Kta kan tidak hanya mengejar uang. Klo orientasi kmu hanya uang, kmu hanya mengejar “live”. No difference with kambing, Bekerja hanya untuk bertahan hidup, Kmu itu engineer!!!! harus berorientasi pada yg lebih mulia, bekerja untuk berkarya, untuk mengembangkan diri

P = saya pengennya seperti itu, makanya saya resign. Gimana saya mau lepas dari orientasi “live” klo tiap bulan saya harus pusing mikir bayaran kos, pulsa, makan, ngirim ortu, nabung buat merit. Naaaa skarang ada company yg nawarin itu, salary yg membuat saya tenang, tak berpikir lagi tentang “live exixtency”. So, boleh dunk saya ambil untuk menaikkan derajat pekerjaan saya

M = prayitno…. klo kmu ngejar yg lebih baik, gak akan abis2…. selalu ada yg lebih baik. saya sudah mengalaminya di 2 company terdahulu

P = emang gak bakal abis pak…. karena itu, ngapain saya abisin disini? mending saya terus2an dapet yg lebih baik ampe brenti karena cape. lagian Bapak juga nyatanya bisa brenti kan?

M = inilah yg membuat bangsa kta gak maju2. Oportunis. Orang jepang maju karena loyal

P = loyalitas tu kata2 pembenaran buat ngegaji orang dibawah level pendidikannya pak. Betul jepang itu maju. Tapi lihatlah, terjadi ketimpangan karir antara lelaki dan wanita. karena lelakinya gila kerja semua, mereka jarang menemui anaknya, akibatnya istri2 mereka harus mengimbanginya, ngalah keluar dari kerja buat nambal waktu bapak yg hilang untuk anak2nya karena bokapnya lebih cinta kerja daripada
mereka.

Tanya deh cewek jepang, lelaki jepang tu paling gak romantis. Ce bawa tas berat aja dicuekin

M = tapi dimana responsibility kmu?

P = responsibility tu apa pak? perasaan dulu saya pernah punya, pas awal2 masuk disini, tapi kata2 itulah yg dijadikan pembenaran untuk menindas saya. Atas nama responsibility, tsaya mengorbankan kesehatan
untuk ketepatan schedule launching produk yg jelas2 merupakan percepatan uang masuk ke kantong pemilik saham.
Betul, manusia harus punya responsibility. Apa responsibility paling utama? keluarga. Anak dan istri adalah amanah dari Yg Diatas.

M = kmu kurang bersyukur, masih banyak orang yg susah dapet kerjaan

P = saya dah diterima Pak, itu rejeki dari Yg Diatas, Klo gak saya ambil, itu yg namanya gak bersyukur. Yg Diatas itu tau kebutuhan kta. Makanya Dia memberi saya kerjaan baru, mungkin karena kebutuhan saya
meningkat. Selain itu, Yg Diatas juga memberi pekerjaan pada satu orang pengangguran yg akan menggantikan posisi saya disini setelah resign

M = EDAN KOWE PRAYITNOOOOO! !!!! kalo gitu aku ikut kamu resign…… ….

P = Nggab bisa pak…. kowe wis tuwo. Cuma bisa ngelamar ke yg sesuai background. …

Juli 2, 2008 at 2:52 pm Tinggalkan komentar

Nurdin Halid Turunlah Kau!!!!!!

Ada kontras yang tak terelakkan jika membandingkan Ketua Umum PSSI pertama, Ir. Soeratin Sosrosoegondo, dengan Ketua Umum PSSI ke-14, Nurdin Halid.

Ir. Soeratin, tokoh di balik berdirinya PSSI pada 19 April 1930, memilih kehilangan pekerjaan sebagai arsitek yang memberinya pendapatan berlimpah agar bisa secara total mengurus PSSI yang baru saja berdiri.

Ketika itu Soeratin bekerja di biro rancang bangunan bernama Boukundig Bureau Sitsen en Lausade dengan gaji sekira seribu gulden per bulan. Aktivitasnya mengurus PSSI membuat kinerjanya di kantor mengendur. Kantor yang memekerjakannya memberi dua opsi: tinggalkan PSSI atau tinggalkan pekerjaan.

Ini bukan pilihan sederhana. Meninggalkan pekerjaan bukan hanya membuat Soeratin kehilangan asupan finansial bagi diri dan keluarganya, tapi juga membuat Soeratin kehilangan pasokan dana yang sebagian di antaranya digunakan untuk menopang kegiatan-kegiatannya di PSSI karena PSSI sendiri ketika itu tak bisa diharapkan memberinya pendapatan. Soeratin bisa saja melepas jabatan sebagai Ketua Umum PSSI. Toh, ia masih bisa membantu PSSI dengan cara yang lain.

Tapi Soeratin memilih opsi keluar dari pekerjaannya. Baginya, membangun PSSI butuh konsentrasi besar. Masih banyak persoalan yang mesti dihadapi PSSI ketika itu, dari mulai isolasi yang dilakukan NIVB hingga membangun solidaritas bond-bond sepakbola bumiputera yang (kadang-kadang) masih saling bersaing satu sama lain. Teramat sayang jika ikhtiarnya yang susah payah dalam memelopori pendirian PSSI ditinggalkan di tengah jalan.

Fragmen bersejarah yang bisa dibaca sebagai momen eksistensial bagi manusia Soeratin di atas terasa begitu kontras dengan sikap “keras kepala” Nurdin Halid untuk terus bertahan di tampuk tertinggi kepemimpinan PSSI — sikap yang anehnya didukung dengan tidak kalah keras kepalanya oleh para pengurus PSSI dan Executive Comitte PSSI.

Kontras ini makin terasa menggelikan sewaktu membaca pernyataan Nurdin Halid ketika menjawab tuntutan agar dirinya mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.

“Atau masalah yang saya hadapi tidak ada permintaan agar saya mundur dan saya dalam keadaan didzalimi. Untuk itu, demi harga diri saya serta demi harkat dan martabat PSSI siri’ napacce. Insya Allah dengan ridho Allah saya akan bertahan memimpin PSSI,” katanya (Kompas, 21 Februari 2008).

Jika Soeratin memilih untuk keluar dari pekerjaannya agar bisa total mengurus PSSI dengan risiko kehilangan asupan gulden yang melimpah pada zamannya, Nurdin Halid justru keukeuh untuk terus duduk di jabatannya kendati nyata-nyata ia sama sekali tak bisa memimpin roda organisasi PSSI. Alih-alih bisa memimpin PSSI dengan total, Nurdin justru lebih sering “merepotkan” PSSI karena memaksa para pengurus PSSI mesti bolak-balik ke penjara, baik untuk rapat koordinasi maupun sekadar memberi laporan.

Dalam tradisi Makasar, ‘sirri’ bukan hal sepele. Ia merujuk pada kebanggan diri, harga diri, integritas diri sebagai manusia dan laki-laki. Jika sampai ada orang menyebut “sirri”, ia hampir dipastikan sedang berada dalam kemarahan besar, merasa integritas dirinya dikoyak moyak, harga dirinya diinjak-injak.

Persoalannya, tuntutan kepada Nurdin agar mundur itu bukan persoalan pribadi. Tuntutan yang makin kuat itu muncul sebagai persoalan organisasi, dalam hal ini PSSI, organisasi yang mengatur olahraga paling merakyat di tanah air, yang pendiriannya diusahakan dengan susah payah oleh para pendirinya.

Pernyataan Nurdin itu menggelikan karena Nurdin menyamakan harga diri dan martabat pribadi dengan harga diri dan martabat PSSI, seakan-akan jika Ketua Umum PSSI merasa pribadinya dilecehkan secara otomatis PSSI sebagai organisasi juga dilecehkan harga diri dan martabatnya.

Nurdin mungkin benar bahwa PSSI sudah kehilangan harga diri dan martabatnya, tapi bukan karena Ketua Umum-nya merasa dilecehkan, tapi karena PSSI memang sudah kehilangan integritas karena kegagalannya sendiri.

Prestasi apa yang dibanggakan PSSI selama di bawah kepemimpinan Nurdin Halid? Menang lawan Bahrain tapi kemudian kalah oleh Arab Saudi dan Korea Selatan pada Piala Asia 2007? Gagal lolos semifinal Sea Games 2007? Kalah memalukkan dari Suriah dengan agregat 11-1 dalam play-off Piala Dunia 2010?

Jika Nurdin Halid butuh contoh tentang laku mertahankan harga diri dan martabat PSSI, simak saja bagaimana Soeratin dengan sikap keras membela harga diri dan martabat PSSI dalam kasus pengiriman tim Hindia Belanda ke Piala Dunia 1938 di Prancis.

Ketika itu Hindia Belanda mengirimkan tim dari Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU, organ yang merupakan metamorfosis dari NIVB) ke Prancis. Kendati sembilan pemain dalam tim itu berasal dari kalangan bumiputera dan Tionghoa, Soeratin marah bukan main karena ia menganggap NIVU melanggar “Gentlement Agreemnt” yang ditandatangani PSSI (yang diwakili Soeratin) dengan NIVU (yang diwakili Materbreok) pada 5 Januari 1937 yang menyebutkan bahwa pengiriman tim mesti didahului oleh pertandingan antara NIVU dengan PSSI. Soeratin juga menginginkan agar bendera yang digunakan tim Hindia Belanda bukan bendera NIVU.

Pelanggaran kesepakatan itu dinilai Soeratin sebagai pelecehan atas martabat PSSI. Itulah sebabnya Soeratin, atas nama PSSI, membatalkan secara sepihak semua butir kesepakatan antara PSSI dengan NIVU pada Kongres PSSI 1938 di Solo.

Pada kongres itulah Soeratin membacakan pidato berjudul “Loekisan Djiwa PSSI: Mendidik Ra’jat dengan Perantaraan Voetbalsport”, pidato yang menjadi cetak biru visi PSSI pada masa kolonial, pidato yang sepertinya tak pernah dibaca oleh Nurdin Halid dan para pengurus PSSI sekarang.

Salah satu kalimat Soeratin yang paling termasyhur –seperti diceritakan Maladi– berbunyi: “Kalau di lapangan sepakbola kita bisa mengalahkan Belanda, kelak di lapangan politik pun kita bisa mengalahkan Belanda.”

Nasionalisme dan politik pada masa itu menjadi bagian inheren dari PSSI. Jangan heran jika, misalnya, panitia kejuaraan PSSI II pada 1932 yang digelar di lapangan Laan Travelli, Batavia, nekad mengundang Soekarno untuk melakukan tendangan bola kehormatan pada partai final kejuaraan yang memertemukan VIJ (Voetball Indonesia Jcatra) melawan PSIM Yogyakarta.

Tindakan itu berkadar subversif karena Soekarno baru saja keluar dari penjara Sukamiskin di Bandung akibat aktivitasnya sebagai pemimpin Partai Nasional Indonesia.

Zaman sudah berubah. Politik memang sebaiknya tidak dibawa-bawa dalam dunia sepakbola (FIFA melarang intervensi pemerintah terhadap asosiasi sepakbola, kendati lucunya pengurus PSSI sempat membawa-bawa UU Pemilu untuk membenarkan sikap Nurdin). Tetapi, cukup jelas juga, perkara harga diri dan martabat pribadi tak bisa dibawa-bawa ke dalam urusan sepakbola dan PSSI.

Nurdin dan segenap pengurus PSSI mesti berkaca kepada apa yang sudah dicontohkan Soeratin. Saya tidak tahu apakah LP Cipinang menyediakan cermin di setiap sel tahanan atau tidak.

Juni 4, 2008 at 6:43 am Tinggalkan komentar

AMERIKA DIAMBANG KEBANGKRUTAN

Dulu rata rata kita menduga kalau alasan Amerika berperang ke Iraq ini karena:

1.       Amerika ingin menghancurkan Islam;

2.        Amerika ingin melibas terorisme;

3.       Amerika itu memang bandit

4.       Bush mau dendam secara pribadi kepada Saddam yang dulu gagal dihancurkan Bapaknya Bush Senior.

5.       Ini ulahnya Yahudi [intelektual kriminal Perle & Wolfowitz ] yang saat itu jadi penasehat utamanya Bush.

6.       Ini perang buat menguasai minyaknya Iraq …

7.       Dan variasi variasi lainnya.

Kini terbukti semua pandangan itu tidak 100% salah tapi juga “salah” karena itu semuanya cuma masalah kecilnya saja. Semua dugaan kita Itu semuanya tidak menjelaskan alasan utamanya perang Iraq ini dari sudut pandang si Amerika sendiri. Karena, tujuan paling utama dari perang Iraq ini adalah:

Menyelamatkan dollar dari Euro.

Di mata Amerika yang dulu menghadiahkan rezim Suharto ke Indonesia, dosa Iraq yang terbesar adalah ketika Iraq [Saddam] tahun 2000 lalu minta ke PBB supaya semua minyaknya dibayar menggunakan euro; plus semua uang milik Irak [$10 bilyun] dikonversikan ke euro dari dollar. Dulu semua orang bilang kalau itu ide Saddam ini tindakan bodoh karena euro waktu itu masih 90% dari nilai dollar dan euro pun dari sejak dikeluarkan [Januari 1999] terus menerus terdepresiasi lawan dollar yang waktu itu demand (permintaan) nya memang kuat sekali karena penipuan akuntasi besar besaran sedang terjadi di bursa efeknya — dan investor asing juga perlu dollar untuk main di bursanya. Tapi, sekarang ini euro ternyata sudah terapresiasi sebesar hampir 100% dari harga sebelumnya ! Berarti apa, langkah “gilanya” Saddam tahun 2000 dulu itu ternyata sangat menguntungkan dan bahkan jenius !

Langkah ini pula yang sekarang sedang dikaji oleh Iran yang cuma mau menerima transaksi minyak dengan euro dan menolak dollar. Dan di dunia ini, kartel perdagangan yang terkuat ya cuma minyak saja. Kartel mobil, atau komputer, atau produk produk lain praktis tidak eksis. Minyak — siapapun harus beli minyak.

Terus perhatikan lagi, anggota OPEC itu rata rata isinya adalah musuh-musuh Amerika yang nyata nyata memang benci kepada Amerika. Kalau saja semua anggota kartel minyak ini memang mau “jahat” dan main “evil” terhadap Amerika, maka caranya gampang sekali: mereka cukup bilang, kita sekarang cuman mau transaksi pake euro dan selesailah dollarnya Amerika! Bangkrut serta kiamat jugalah si kapitalis Amerika ini ! Kita yang tidak punya background ekonomi mungkin bingung. Koq bisa bangkrut ?

Orang yang bisa hitung hitungan ekonomi bisa menjelaskan begini, Kalau kita punya uang tunai $1, di tangan, maka secara ekonomi itu artinya adalah Anda memberi hutang ke Bank Federalnya Amerika dan Bank Federalnya Amerika itu “berjanji” akan membayar hutangnya sebesar $1 itu !. Sekarang, karena kita tinggal di Indonesia yang rupiahnya sangat parah itu; maka jelas secara rasional kita berusaha terus memegang $1 ditangan itu dari pada ditukar ke rupiah. bukan begitu !

Jadi, secara ekonomi itu artinya Bank Federal Amerika tidak perlu menebus hutangnya karena hutangnya yang $1 itu tidak kita minta untuk dibayar. Artinya: Amerika itu bisa berhutang tanpa perlu bayar sama sekali — [sepanjang ekonominya memang masih kuat !] sepanjang greenback atau dollar itu masih jadi standard pengganti emas.

Dengan alasan inilah makanya Amerika itu berani main defisit gila gilaan selama ini karena toh mereka MEMANG tidak perlu membayar defisitnya sebab orang sedunialah yang harus membayar defisitnya Amerika itu !

Supaya jelas mari kita lihat rupiah; kalau budget RI itu defisit maka negara Republik Indonesia ini harus nombok dengan cara menjual barang [eksport] atau mencari utangan [CGI]. jadi, defisitnya negara seperti Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini betul-betul adalah “defisit” yang harus dibayar, yang kalau tidak bisa bayar ya seperti yang kita alami pada tahun 1997 yang sampai sekarang juga belum pulih yaitu KRISMON ! Tapi Amerika lain! Defisit buat Amerika berarti justru malah positif karena defisit Amerika itu cara bayarnya adalah dengan cara memotong nilai $1 yang kita pegang itu secara intristik. Berarti . . kalau Amerika defisit maka yang rugi adalah kita orang non-Amerika yang pegang dollar ! Cara kerja sistem ekonomi kapitalis yang imperialistik ini berlaku sepanjang orang seperti kita dan negara Republik Indonesia itu masih “percaya” dengan dollar dan menyimpan cadangan devisanya dalam bentuk dollar !

Eropa tahu persis tentang strategi makan gratis dan utang tidak perlu bayar ini. Karena itulah Eropa sekarang punya euro. Tujuannya Euro sebetulnya ya cuma satu itu: ikut menikmati utang gratisan dari orang orang seperti kita tadi.

Dan saudara saudara sekalian yang paling mengerikan buat amerika yang diambang kiamat itu apa ? itu adalah kenyataan bahwa 80% US $ itu ada diluar negeri ya ditangan negara negara seperti Indonesia ini, Cina, Jepang , India dan negara negara asia lainnya . Apa arti situasi begini bagi AMERIKA ? ya seperti saya tadi bilang…, KALAU mendadak saja semua negara penghasil minyak bilang ” sekarang kita transaksi cuman pake euro” ! Dan ini mungkin sekali terjadi karena semua negara perlu beli minyak ! Sehingga tekanan dari negara penghasil minyak itu bakal membuat negara-negara seperti Cina atau Jepang menjual dollarnya dan beli euro.

Semuanya HEGEMONI Amerika dalam sekejap akan berantakan dan ini artinya apa ?…KIAMAT. Sebab kalau ini terjadi ini artinya sama saja dengan semua negara negara pemegang US $ itu bilang…Amerika sekarang kamu harus bayar utang ! Dan tentu saja: kalau dalam sekejap Amerika pun harus membayar hutangnya dan mendongkrak Euro tadi, dalam sekejap pula ekonomi Amerika bangkrut berantakan persis seperti waktu bank dalam negeri di rush nasabahnya jaman krismon dulu. Dan lebih mengerikan lagi, ekonomi Amerika pun bisa dalam sedetik bakal inflasi ribuan persen [karena semua orang menjual dollar dan membeli euro], perusahaan Amerika menjadi tidak ada harganya [persis seperti krismon di Indonesia tahun 1998 dulu] dan ajaibnya lagi — orang Amerika pun tiba tiba jadi persis sama dengan orang orang miskin dari Afrika sana karena mendadak saja semua kekayaan mereka itu cuma kertas tidak ada harganya. dan lebih sial lagi…, dengan bangkrutnya dollar praktis cuma Amerika bakal bangkrut sendirian, negara negara lain tidak ikut bangkrut karena ada Euro yang bisa menjadi penyelamatnya !

Bila anda menentang invasi AS ke iraq , dan anda belum bisa ikut terjun perang membela rakyat Iraq , atau anda belum punya cukup donasi untuk membantu rakyat iraq , cukup anda segera lepas simpanan US $ anda atau ditukar dng Euro, atau anda sebarkan email ini seluas luasnya !!

Mei 29, 2008 at 8:12 am 2 komentar

“BUBLE INFORMATION” MARKETING “PTS KONGLOMERAT” SUATU BENTUK PENIPUAN

Oleh :
Prof.Ir. Priyo Suprobo, MS., PhD
Rektor ITS dan Tim Akreditasi PT-DIKTI
e-mail : rektor@its.ac. id

Majalah Globe Asia, sebuah majalah baru dengan positioning untuk eksekutif bisnis yang diterbitkan oleh kelompok Lippo, pada edisi Pebruari 2008 membuat pemeringkatan PTN dan PTS. Hasilnya adalah cukup
mengagetkan, dimana UPH (Universitas Pelita Harapan) , yang juga dimiliki oleh kelompok Lippo, mengalahkan ranking PTN-PTN terkemuka maupun PTS-PTS terkemuka di Indonesia. Sebagai contoh, total score UPH (356) “diposisikan” mengalahkan 5 besar PTN seperti UGM (338), ITB (296), IPB (283), UNAIR (279), dan ITS(258). UPH juga “diposisikan” mengalahkan PTS terkemuka seperti TRISAKTI (263), ATMAJAYA (243),
UNPAR (230), dan PETRA (151).

Sebagai seorang akreditor Perguruan Tinggi yang telah bertahun-tahun mengakreditasi kebanyakan PTN maupun PTS, termasuk pernah mengakreditasi UPH dan Perguruan Tinggi lain sebagaimana yang disebutkan diatas, maka saya merasa aneh dengan “pemosisian” ranking oleh Globe Asia tersebut. Keanehan pertama, Globe Asia menggunakan kriteria-kriteria yang meskipun “mirip”dengan lembaga pemeringkat Internasional, tetapi member “bobot” yang berbeda. Sebagai contoh, fasilitas kampus diberi bobot 16%, sementara kualitas staff akademik (Dosen) hanya dibobot 9%. Lebih parah lagi, kualitas riset hanya dibobot 7%. Keanehan kedua adalah sub-kriteria dari fasilitas kampus misalnya tidak memasukkan kapasitas bandwidth sebagaimana standar akreditasi yang ada. Keanehan ketiga adalah sistem membandingkan yang tidak berbasis kaidah logis dasar “apple to apple” (kesederajatan) .

Bila kita menilik standar akreditasi, maka ada akreditasi dalam negeri oleh DIKNAS (BAN PT), regional asia (Asia University Network, AUN), maupun sistem akreditasi pemeringkatan dunia (THES, Jiao Tong, Webbo).
Akreditasi dalam negeri, regional, maupun dunia menggunakan kriteria-kriteria dan KPI (Key Performance Indicator) yang “logis secara akademis”. Artinya adalah bahwa kriteria tersebut (meskipun bervariasi) adalah memang benar-benar akan menunjukkan “jaminan mutu” dari input, proses, sarana pendukung, hingga outcome produknya. Tidak ada dari kriteria dan sub kriteria yang hanya menunjukkan keunggulan “kemewahan lifestyle” sebagaimana yang ingin ditonjolkan dalam hasil Globe Asia Ranking. Demikian juga halnya dengan membandingkan antara Universitas dengan Institut yang nature kriterianya pasti berbeda,
misalnya di Institut teknik manapun tidak ada yang mempunyai Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran sebagaimana sub kriteria ranking yang dibuat Globe Asia.

Dengan demikian, maka ranking yang dilakukan Globe Asia akan menjadi suatu bentuk “penipuan” informasi yang bersifat “buble” kepada publik, khususnya orang tua mahasiswa dari kalangan eksekutif sebagai target
pasar majalah tersebut. Penipuan ini menjadi meluas ketika dirilis secara “tidak kritis” oleh koran Suara Pembaruan, 29 Januari 2008.

Mungkin fenomena seperti ini adalah akibat dari komersialisasi pendidikan di Indonesia. Pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi, telah menjadi komoditas yang “empuk” untuk menaikkan status sosial pemilik hingga meraup keuntungan yang besar. Ditangan para pesulap bisnis, maka pendidikan juga dikelola dengan image “Lifestyle” (gaya hidup), bukan dengan image “Qualistyle” (gaya kualitas). Mereka menyusun ranking sesuai dengan “Strength” yang dimilikinya, sekaligus menyembunyikan “Weakness” yang seharusnya menjadi kriteria akreditasi. Akibatnya adalah bahwa segala cara akan dilakukan yang penting target meraih mahasiswa selama periode marketing setiap awal tahun (Pebruari sampai Juli) mampu dicapai dengan memuaskan.

Buble informasi yang dilakukan Globe Asia untuk menaikkan citra UPH tersebut secara langsung akan mengganggu citra beberapa PTN maupun PTS yang dikelola dengan kaidah jaminan mutu yang baik. Sebagai gambaran, sistem Webbo Rank (Juli 2007) yang merupakan sistem akreditasi dunia pada penekanan kriteria kerapihan manajemen data menempatkan PTS terkenal di kawasan Timur, yaitu Universitas Petra dalam ranking ke 49 Se Asia Tenggara, UGM dan ITB adalah ranking ke-12 dan 13. Dalam Webbo rank Juli 2007 itu tidak ada kelas ranking UPH, padahal webbo rank adalah sistem dunia yang dianggap “paling sederhana”.

Oleh karena itu, maka sudah saatnya pemerintah sebagai regulator bersama-sama dengan masyarakat untuk secara aktif mengawasi pola komersialisasi pendidikan yang dampaknya menggunakan cara-cara tidak
“fair”dalam rangka merekrut mahasiswa. Hasil kerja dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang membuat 15 standar penilaian antara lain: tata kelola kepemimpinan, fasilitas lab, alumni, jumlah Guru Besar (tidak perlu harus expert asing), rasio Dosen dengan Mahasiswa, prestasi Mahasiswa, hingga rasio antara jumlah peminat dengan yang diterima adalah merupakan kriteria yang sangat lengkap untuk menunjukkan daya saing suatu Perguruan Tinggi.

Daya saing pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan dalam konsep strategis HELTS DIKTI (Higher Education Long Term Strategy) haruslah dicapai dengan sistem penjaminan mutu yang benar, sehingga hasilnya bisa dilihat salah satunya dengan criteria akreditasi yang logis secara akademis, bukan logis secara pendekatan bisnis. (PS)

Mei 19, 2008 at 5:38 am 1 komentar

Pohon yang Kehilangan Rohnya

Cerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Inilah yang mereka lalukan, dengan tujuan supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? O, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.

Pernahkah kita berteriak pada anak kita? Ayo cepat! Dasar leletan! Bego banget sih.. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan…  Ayo, jangan main-main disini. Berisik! Bising!

Atau, pernahkah kita berteriak kepada orang tua kita karena merasa mereka membuat kita jengkel? Kenapa sih makan aja berceceran? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar?
Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak? Atau, mungkin kitapun berteriak balik kepada pasangan hidup kita karena kita merasa sakit hati? Cuih! Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu, tahu nggak?! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa! Aduh.. Perempuan kampungan banget sih?!

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya. Eh tolol, soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu mulai akan jadi pinter?

Ingatlah, setiap kali kita berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.

Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan?! Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya,
meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak.

Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan Anda, selalulah berteriak.
Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik sebagai balasannya.

Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita.

Maret 6, 2008 at 4:01 am Tinggalkan komentar

Older Posts


Kategori

Blog Stats

  • 2.684 hits